|

Don’t Believe Me…!

“Kalau udah bilang mahasiswa Al Azhar, cewek-cewek bakalan kelepek-kelepek Kweh” Kata teman seflatku, Dulla ketika aku masih baru lahir di negeri para nabi ini. Aku belum begitu menghiraukan apa maksud dari perkataan teman tadi. Kala itu, yang ada dalam benakku hanyalah kekwatiran dan kerisauan bagaimana menjalani hidup ke depan. Pesan orang tuaku masih senantiasa membayangi keseharianku,”Nak, kamu harus berusaha semaksimal mungkin untuk bisa memperoleh beasiswa, kami disini tidak mungkin mengirimmu setiap bulan”. Aku sangat mengerti akan kondisi ekonomi keluargaku. Mereka harus banting tulang dari pagi sampai sore demi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Lebih-lebih, anaknya tidak hanya aku seorang, tapi ada tujuh saudara. jadi, harus over working untuk bisa menyekolahkan anak-anaknya.

Mesir adalah tujuan terakhir untuk melanjutkan studiku. Sangat berbeda dengan saudara-saudaraku yang lain yang hanya bisa menamatkan studinya di tingkat SLTA, malah ada yang hanya tamat di tingkat SD. Tapi alhamdulillah, semua keluargaku tidak ada yang buta huruf meskipun ekonominya terbilang buruk. Dan, hanya akulah yang masih bersemangat untuk melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi walau dalam keadaan ekonomi melarat.

Kadang terbesit dalam fikiranku, kenapa Tuhan menjadikan keluargaku terpuruk dalam kemiskinan, kenapa tidak seperti tetangga-tetanggaku yang setiap harinya bisa menikmati kemewahan yang dibeikan Tuhan, anak-anaknya bisa melanjutkan studinya kemanapun mereka suka. Sementara, keluargaku harus menjual sebagian sawah ladangnya untuk tetap mendukungku melanjutkan studiku. Rasanya keadilan Tuhan pada setiap hambanya mulai perlina. Parahnya lagi, ketika rasa illfeel kepada Tuhan mulai mengapi, kadang aku ingin sekali membunuh Tuhan dan melupakan akan eksistensiNya. Namun, aku bukanlah Nietzsche yang dengan konsep nihilismenya sok ingin membunuh Tuhan, bukan pula Sartre yang sok melupakan Tuhan dengan teori eksistensialismenya (ada-ada aja ini orang, emang Tuhan nenek moyangnya apa?!). Tapi, aku adalah Azza yang sangat mengagumi kekuasaan Tuhan. Dia Maha Bijaksana dan Maha Adil. Aku sangat percaya, Tuhan tidak pernah bercanda dengan firmanNya, bahwa Tuhan tidak akan merubah keadaan hambaNya sampai ia sendiri berusaha untuk merubahnya .

***

Sejak aku menginjakkan kaki di MTs Darul Ulum Ponjanan Barat, pelan-pelan aku mulai mengetahui sajarah tentang Mesir. Sejauh yang aku ketahui, Mesir merupakan negara republik yang penduduknya mayoritas beragama islam, bahkan sudah menjadi agama resmi. Kurang lebih 90% penduduk Mesir adalah muslim Ahlussunah wal Jama’ah, sebuah bilangan kecil adalah syiah, sedangkan yang lainnya adalah kristen koptik. Dalam Al Qur’an, Tuhan menyebut Mesir sebanyak 24 kali, baik penyebutan secara tersurat maupun tersirat, secara langsung dengan kalimat yang jelas ataupun tidak langsung. Diantara firman Tuhan yang menceritakan langsung tentang Mesir adalah surat al Baqarah ayat 61, yang berbunyi, “Pergilah kamu ke suatu kota (Mesir) pasti kamu akan memperoleh apa yang kamu minta“. Selain terdapat dalam al Qur’an, banyak juga hadist-hadist nabi yang menceritakan tentang Mesir. Sabda Rasulullah yang berkaitan dengan Mesir adalah, “Nanti setelah kepergianku akan dibukakan Negara Mesir bagi kalian. Maka dari itu perlakukanlah orang-orang Kibtiyah dengan baik, karena mereka mempunyai hak keamanan dan tali kekeluargaan“.

Mesir memiliki banyak nama, atau sebutan. Diantaranya; Egypt, Negeri Para Nabi, Negeri Kinanah, dan Negeri Seribu Menara. Nama Mesir sendiri dulunya beranama Zajlah, namun kemudian diganti dengan nama Mesir yang diambil dari nama Mashrain bin Markail bin Dawabil bin Gharyaab bin Adam AS. Riwayat lain mengatakan, Mesir diambil dari keturunan Nabi Nuh yaitu Mashr bin Bishar bin Haam bin Nuh AS.

Mesir disebut negeri para nabi karena di Mesir terdapat beberapa nabi yang pernah singgah bahkan tinggal atau lahir di Mesir. Nabi-nabi yang pernah singgah atau lahir di Mesir adalah; Nabi Ibrahim, Nabi Ya’ kub sekeluarga, Nabi Yusuf, Nabi Musa, Nabi Harun, Nabi Daniel, Nabi Shaleh, dan Nabi Isa, AS…

Mesir juga disebut negeri Kinanah, yang artinya tabung penyimpanan anak panah. Mesir ini ibarat tabung anak panah yang tidak habis-habisnya melepas anak panah ke seluruh penjuru dunia. Anak-anak panah yang diluncurkan ke penjuru dunia itu adalah perumpamaan para ulama’ yang lahir dari Mesir, khususnya dari Al Azhar.

Sejarah itulah yg membuat cita-citaku membara untuk bisa mencicpi negeri seribu menara. Ditambah dengan hadirnya novel penggugah jiwa, novel Ayat-Ayat Cinta dan Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman el Sirazi yang menyajikan keindahan- keindahan Mesir. Sehingga, cita-citaku tidak hanya membara lagi namun sampai mengapi meski kadang tidak percaya kalau aku bisa mencapai apa yang kumimpi.

Pengetahuanku tentang kemesiran tidak lepas dari peran guru tecintaku, Pak Dul Manaf, begitulah dia akrab dipanggil, nama aslinya adalah Abd Manaf, Spdi. Dia adalah sosok seorang guru yang sangat konsosten dan disiplin. Potensinya di bidang sejarah sudah tidak bisa diragukan lagi. Selain dia bisa memberikan contoh yang baik pada anak didiknya, dia selalu membuat anak didiknya terobsisi sehingga termotivasi untuk intens dalam belajar. Dialah yang dimaksud guru terdidik, dia bisa mempengaruhi anak didik-didiknya untuk terus semangat belajar, tidak seperti guru-guru yg hanya gelarnya sebagai guru - bahkan Kyai- namun, pekerjaannya bejat sepeti burung hantu.

Adalah Ahmad jazuli murid kesayangannya. Maklum, selain dia murid yg pintar, cerdas, dan kritis, dia juga sangat sopan terhadap guru. Dia juga memilik talenta yang jarang bisa dimiliki oleh tiap orang. Semua mata pelajaran dia fahami dan kuasai. Setiap Pak Dul Manaf mengajar, pasti yg akrab disapa Jaz ini disuruh kedepan untuk diminta bantuan menulis di papan tulis. Berbeda dengan teman-teman yang lain, sebut saja; Nurul Yaqin, yang jago akting dan ngomong bahasa inggris. Anehnya, sampai sekarang dia masih menjadi jomblowan terhormat, maklum, dia paling nearvous kalau udah berhadapan dengan lawan jenisnya. Ach Yadi Rahman, Si jago menghitung, kalau sekarang, ilmu informatika dan telekomonikasinya sudah gak bisa diragukan lagi. Ach Syafi’e, kalau yang ini berbeda lagi, selain pintar ngomong bahasa inggris, dia juga jago ngerayu cewek, malah semua adik-adik kelas yang cantik sudah kena rayuwan gombalnya. Syaiful Bahri, kalau yang ini malah sangat berbeda dengan yang lainnya, selain baca kitab kuningnya sudah sangat sempurna, dia juga hobi belajar ilmu dalam. Mereka adalah deretan siswa-siswa pintar, cerdas tapi sangat nakal, bahkan sering menentang guru. Kalau mereka mulai beraksi dengan kenakalannya, kepala sekolahpun tak berkutik dibuatnya. Apalagi kalau guru cewek yang mengajarnya, harus bersiap-siap untuk dikerjain habis-habisan. Di mata mereka hanya pengasuh lembaga itulah yang mereka sopani dan takuti. Walaupun demikian, aku sangat bersyukur ada di antara mereka. Berada di antara orang cerdas yang sopan dengan orang cerdas yang nakal banyak memberikan manfaat dalam hidupku. Aku bisa belajar dari tingkah laku mereka bagaimana cara menjalani hidup agar lebih baik hingga aku seperti sekarang ini. Mungkin, inilah yang dimaksud dengan ‘pebedaan adalah rahmat’.

Tiga tahun aku bersama mereka. Suka-duka, pahit- manis telah dilewati bersama, hingga akhirnya kami sampai pada detik-detik perpisahan. Hujan air mata tidak bisa dipawang pada saat itu, kami tidak bisa menerima kalau kami harus berpisah dengan guru-guru tercinta kami dan adik-adik kelas kami, kasih sayang mereka tidak bisa dengan mudah kami lupakan, pengorbanan yang sudah membatu sulit kami hancurkan, mungkin satu detik kami langsung bisa mengingat semua pengorbanannya, namun untuk melupakannya butuh waktu berabad-abad bahkan tidak ada batas waktunya. Namun, beginilah hidup, setiap pertemuan pasti ada perpisahan. Akupun harus kuat mengahadapi detik perpisahan ini, meski harus berpisah dengan orang yang kucinta dan kusayang.

Sejak saat itu, kamipun laksana padang sahara yang dihembus angin entah kemana. Sebagian kecil ada yang memilih untuk melanjutkan ke jenjang pernikahan, dan sebagian besar memilih melanjutkan ketingkat pendidikan yang lebih tinggi, termasuk aku, temanku yang sopan, dan teman-temanku yg nakal. Aku melanjutkan studiku kepesantren, sebagian dari teman-temanku yang nakal mengikuti langkahku, sementara si Sopan memilih untuk melanjutkan studinya ke SMA Waru Pamekasan dan diikuti juga oleh sebagian teman-teman yang nakal.

***

Setelah tiga tahun aku berada di pesantren, akhirnya aku bisa merasakan tempat yang sedari dulu kuimpikan, Mesir. Tempat yang dulu tidak percaya bisa kurasakan ternyata bisa kutempati juga. Tetangga-tetanggaku sempat tidak percaya kalau aku bisa melanjutkan studiku sampai ke mesir, bahkan sebagian keluargaku juga merasakan hal yg sama. Tapi, inilah skenareo Tuhan, manusia tidak akan pernah bisa mengetahuinya. Dialah yang memenej semua apa yang terjadi pada diriku, dirimu, dan diri kita semua.

Universitas Al Azhar adalah pilihanku. Universitas tertua sedunia yang telah menjadi pusat intelektul muslim di penjuru dunia. Dalam sejarahnya, “Al-Azhar” berasal dari sebuah masjid bernama Al-Azhar yang dibangun Panglima Besar Dinasti Fathimiyah, Jauhar As-Shaqaly, 359 H sebagai tempat ibadah, enam tahun kemudian mulai dibangun tempat kegiatan belajar dan majelis ilmu pengetahuan bermazhab Syi’ah Ismailiyah. 12 tahun kemudian, tepatnya 378 H/988 M, Al-Azhar telah berkembang menjadi universitas besar dan berpengaruh. Dengan demikian, berdiinya Universutas Al Azhar memainkan peranan yang sangat signifikan dalam sejarah peradaban islam. Begitulah sekilas sejarah tentang Universitas Al Azhar.

Hari terus barjalan, tak terasa tubuh mongilku berumur satu bulan. Jejaring sosial, mulai dari Yahoo Messengger, Facebook, dan Twitter telah kumiliki dan kutelusuri. Tiap hari, bahkan sampai sehari semalam aku duduk di depan komputer mengaktifkan jejaring sosial, hanya sekedar untuk meng-add dan mengkonfermasi, menulis status, catatan, menunggu komentar status yang kutulis, mengomentari status orang lain, atau hanya menyapa orang yang tidak kukenal sebelumnya.

***

“…

Me : kuliah dmn neng?

Nada: q kulaih di UIN jkt…

Me: waw! kren ya bs kul di UIN jkt, ambl jur pa neng???

Nada: g’ ko’ biasa aja…

kedokteran, u kul juga kan??? kul dmn?

Me: wah pa lg jurusan kedokteran, eren abis………:D

Yupz q kuliah juga,

q kuliah di azhar

Nada: pa!? azhar cairo kan???

Wah keren dong! bs bljr ilmu agam ni…

Me: hu’um

Alhamdulillah Tuhan membri kesemptan tuk meraskan negri seribu menara ni…

selagi q mampu insyaAllah bisa…

Nada: Mas, boleh minta no hpx gak..???

ni no hpq

081935117873

Me: boleh..

tuh bisa diliht di info..

Nada: makasih mas, kpn2 kita lanjutin lagi…!

Me: yupz sama2

…”

Bermula dari perkenalan itulah yang membuatku semakin betah di depan komputer. Sampai kadang aku lupa makan bahkan lupa Tuhan. Tidak on line sehari saja bikin tidak kerasan di kamar. Apalagi setiap mengaktifkan Facebook pasti selalu ada pemberitahuan,

“Nada Ghania mengirimkan sesuatu di Dinding Anda”,

“Nada Ghania menyukai status Anda”,

“Nada Ghania mengomentari status Anda”.

Kalau bukan pemberitahuan, pasti pesan masuk yang ada. Dan, seperti itulah episode-episode selanjutnya. Jadi, tidak salah jika aku berasumsi, bahwa jejaring sosial terutama Facebook ibarat khamar yg difirmankan Tuhan dalam kitab sucinya, “bahayanya lebih besar dari pada manfaatnya”

Dari kejadian itu, aku mulai faham apa maksud perkataan Dulla sekitar sebulan yang lalu, dan aku mengamini perkataan itu. Sebegitu mudahnya menggait seorang perempuan dengan statusku sebagai mahasiswa Al Azhar, sebegitu percayanya seorang perempuan kepadaku karena statusku sebagai mahasiswa Al Azhar. Mungkinkah karena novel-novel Kang Abik telah menggugah jiwanya sehingga mereka mengenal mahasiswa Al Azhar seperti sosok Fahri yang sangat idealis dan Azzam yg sangat baik hati, atau memang mereka benar-benar menginginkan calon pendamping hidup yang bisa membimbinganya?! Aku tidak tahu itu. Yang jelas aku katakan, bahwa perempuan seperti itu adalah perempuan yang berfikiran sempit dan tidak berprinsip. Padahal kenyataannya, mahasiswa Al Azhar itu bukanlah malaikat atau nabi, bukan pula syetan atau iblis, tapi mereka adalah manusia biasa, yang bisa menyulap dirinya menjadi malaikat atau syetan atau bahkan dengan kata-kata bijaknya, mereka menyulap dirinya menjadi lelaki buaya maya.

Posted by EmThree on 04.05. Filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. Feel free to leave a response

0 komentar for "Don’t Believe Me…!"

Leave a reply

Blog Archive

Labels

Recently Commented

Recently Added