|

Sejarah Mu'tazilah

Muqaddimah

Islam itu sesungguhnya hanya satu, sebagai agama yang Allah SWT turunkan kepada Rasul-Nya dengan kesempurnaan yang mutlak.
اليوم أكملت لكم دينكم وأتممت عليكم نعمتي ورضيت لكم الاسلام دينا

"Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu menjadi agama bagimu."(Al-Maidah: 3)

Islam telah menjawab segala problematika hidup dari segenap seginya. Tetapi masa berputar Islam berkebang pemikiran maju pesat sehingga kesatuan yang sudah terpatri dalam tubuh Islam terasa ada yang mengusik dengan munculnya metode berfikir dan sikap yang seringkali berseberangan dengan ideology islam yang suci, di sanalah yang menghina para Sahabat yang merupakan kader militannya Rasulullah Saw, disitu pula orang-orang yang mengagungkan ‘ahli bait’ melebihi yang digariskan dalam agama, ada pula yang membuat hadits-hadtis palsu demi kepentingan sepihak, ada juga yang mencampurkan agama dengan ideology filosofis yang diwarnai dengan khayal, angan-angan dan pikiran kemanusiaan yang jauh dari nilai ketuhanan. Apalagi mata musuh umat ini tidak pernah berkedip menunggu darimana celah terbuka untuk masuk ke islam dan memporak-porandakan isinya. Dari sinilah tercipta apa yang disebut “firqah”,ada Syi’ah, Khawarij, Murji’ah, Rawafidah, Mu’tazilah, Qadariyah, Jabariyah, Ahlussunnah dll.


Pada dasarnya masing-masing sekte ini merasa merekalah yang paling benar, tapi tak jarang firqah-firqah ini ditunggangi orang-orang yang jahil agama dan musuh-musuh islam seperti orientalis jahat dan Yahudi terlaknat. Namun beberapa hal yang perlu diperhatikan setiap muslim dan mu’min yaitu:

ومن يشاقق الرسول من بعد ما تبين له الهدى ويتبع غير المؤمنين نوله ما تولى ونصليه جهنم وساءت مصيرا

Allah Ta'ala berfirman : "Barangsiapa yang menyimpang dari Rasul setelah terang padanya petunjuk itu, dan mengikuti jalan selain mukminin, Kami akan gabungkan dia dengan orang-orang sesat dan Kami masukkan dia ke neraka Jahannam."(An-Nissa:115).
Dan firman Allah SWT lainnya:
واعتصموا بحبل الله جميعا ولا تفرقوا......الخ الأية
"Dan berpegang teguhlah kalian semua dengan agama Islam ini dan jangan kalian berpecah belah dari agama ini…"(Ali Imran:10)


A. Definisi dan Sejarah Kemunculan Mu’tazilah

Berbicara tentang perpecahan umat Islam tidak ada habis-habisnya,karena terus menerus terjadi perpecahan dan perbedaan mulai dengan munculnya Khowarij dan Syi’ah kemudian muncullah satu kelompok lain yang berkedok dan berlindung dibawah syi'ar akal dan kebebasan berfikir. satu syi'ar yang menipu dan mengelabuhi orang-orang yang tidak mengerti bagaimana Islam telah menempatkan akal pada porsi yang benar. Sehingga banyak kaum muslimin yang terpuruk dan terjerumus masuk pemikiran kelompok ini. Akhirnya terpecahlah dan berpalinglah kaum muslimin dari agamanya yang telah diajarkan Rasulullah dan para shahabat-shahabatnya. Akibat dari hal itu bermunculanlah kebid’ahan-kebid’ahan yang semakin banyak dikalangan kaum muslimin sehingga melemahkan kekuatan dan kesatuan mereka serta memberikan gambaran yang tidak benar terhadap ajaran Islam, bahkan dalam kelompok ini terdapat hal-hal yang sangat berbahaya bagi Islam yaitu mereka lebih mendahulukan akal dan pemikiran-pemikiran para filosof dari pada ajaran dan wahyu dari Allah Swt sehingga banyak ajaran Islam yang tidak mereka akui karena menyelisihi akal menurut perasangka mereka. Bermunculanlah pada era dewasa ini pemikiran Mu'tazilah dengan nama-nama yang yang cukup menggelitik dan mengelabuhi orang yang membacanya, mereka menamainya dengan Aqlaniyah. Modernisasi pemikiran. Westernasi, Liberalisme dan Sekularisme serta nama-nama lainnya yang mereka buat untuk menarik dan mendukung apa yang mereka anggap benar dari pemkiran itu, dalam rangka usaha mereka menyusupkan dan menyebarkan pemahaman dan pemikiran ini.

Pengertian Mu'tazilah:

a. Secara Etimologi
Mu'tazilah atau I'tizaal adalah kata yang dalam bahasa Arab menunjukkan kesendirian, kelemahan dan keterputusan,

b.Secara Terminologi

Para Ulama banyak mendepenisikan kalimat ini, sebagian ulama mendefinisikannya sebagai “satu kelompok dari qadariyah yang menyelisihi pendapat umat Islam dalam permasalahan hukum pelaku dosa besar yang dipimpin oleh Washil bin Atho' dan Amru bin Ubaid pada zaman Al Hasan Al Bashry”. Suatu persi menyebutkan munculnya Mu’tazilah adalah dari kisah Hasan Al-Bashri (21¬¬ – 110 H). yang berbeda pendapat dengan muridnya yang bernama washil bin ‘atha’ (80 – 131) pada masalah pelaku dosa besar. Maka dengan I’tizalnya’ dari majlis Hasan Al- bashri dinamakanlah Wasil dan orang-orang yang sepaham dengannya dengan Mu’tazilah. Mereka begitu hebat melobi dan memutar kata sehingga bisa memegang pemerintahan islam selama kurang lebih dua ratus tahun. Sebagaimana berselisih faham Hasan bashri dengan muridnya berselisih pula Abu Hasan Al-asy'ari (260 – 330) dengan gurunya yang bernama Abu Ali Al-juba’I ( 235 – 303) pada masalah sifat Allah swt yaitu wajibnya Allah swt berbuat baik”
dari sumber yang disebutkan diatas dapat kita simpulkan bahwa Mu’tazilah merupakan suatu jama'ah yang lain dari Ahlussunnah wal jamaah yang lebih mengedepankan pikiran dari nash. Dan pelopor munculnya fikiran seperti ini adalah Washil bin Atha’ yang kemudia mendirikan jama’ah yang disebut dengan Mu’tazilah.

B. Pandangan Mu’tazilah terhadap Al-quran dan Hadits

Pandangan Mu’tazilah tentang Alqur’an secara umum memang berbeda dengan Jumhur muslimin, mulai dari cara mereka beradab dengan Alquan dan mengingkari beberapa nash yang begitu nyata dalam Alqur’an. Seperti apa yang di fahami Mu’tazilah nazomiyah bahwa makhluk yang terdiri dari Manusia, binatang, tumbuhan langit dan bumi diciptakan tuhan dengan serentak, padahal sudah ada diceritakan dalam Alqur’an bahwa semua itu bertahap. Kemudia jumhur Mu’tazilah yang mengatakan bahwa Alquran itu adalah makhluk. Setelah berhasil menyulap khalifah Al-ma’mun mu’tazilah semakin aktif menjalankan aksinya, apalagi setelah sang khalifah mengumumkan faham Mu’tazilah sebagai ideology Negara dan memaksa masyarakat supaya membenarkan apa yang sebetulnya berlawanan dengan keyakinan mereka.

Disanalah kita baca seorang ulama universal Ahmad bin Hambal mengalami siksaan dan mendekam dipenjara selama 13 tahun karma tidak mau mengakui bahwa Al-qur’an adalah makhluk. Ini semua menjadi bukti betapa ulama-ulama Ahlussunnah mengalami penekanan, boikot bahkan penyiksaan. Sampai kurun waktu 200 tahun. Sampai akhirnya kholifah Al-mutawakkil (218.H) naik sebagai pemegang estapet kepeminpinan tertinggi dalam islam dan dia mengumumkan kecondonagannya kepada Ahlussunnah wal jama’ah; setelah itu Mu’tazilahpun terkesan lemah, loyo danpa daya laksana ayam kehilangan induk, bahkan setelah itu sampai sekarang mereka tidak lagi bisa bangkit tegak seperti dulu. Banyak lagi disana pengingkaran terhadap Nash Alqur’an seperti pendapat mereka bahwa orang-orang Kafir, Musrik, Yahudi, Nasrani akan jadi tanah nanti di akhirat dan tidak mendapat siksaan, padahal nashnya sudah jelas bahwa mereka akan mengalami siksaan yang kekal dalam neraka, yang paling tragis sekali adalah ketika mereka mengatakan bahwa manusia pasti sanggup membuat ayat yang serupa dengan Alqur’an baik dari segi fasohah, balagoh dan I’jaznya. Padahal sudah jelas-jelas di ugkapkan dalam Alquran bahwa sekalipun manusia dan jin bekerja sama untuk meniru alquran mereka tidak akan sanggup.

Kemudian Mu’tazilah memandang Sunnah/Hadis tak jauh beda dengan pandangan mereka terhadap Alqur’an, bahwa bagaimanapun juga fikiran yang didahulukan. Seperti halnya masalah periwayat dalam ilmu Hadits mereka tidak menerima hadits yang bersumber dari periwayat yang berseberangan pemikirannya dengan mereka demikian pula mayoriytas ulama Hadist tidak menerima perowi Mu’taziliyin. Namun walaupun demikian Para ulama berbeda pendapat tentang mauqif mu'tazilah dalam pembagian hadits kepada mutawatir dan ahad, sebagaimana Ahlussunnah membagi Hadits kepada dua bahagian itu dan menerima keduanya menjadi hujjah. Suatu riwayat yang bersumber dari Hasan Al-Bashri berkata: Abu Ali Al-jubba’I dan satu jama’a dari ulama Mu’tazilah tidak membolehkan beramal dengan hadits ahad. Iman ibnu Hazmin menjelaskan” mayoritas ulama islam menerima Khobar ahad yang tsiqah/terpercaya dari Nabi SAW, sama ada ia dari Ahlussunnah, Syi’ah, Khowarij, dan Qadariyah, namun setelah abad pertama hijriyah Mu’tazilah menyalahi ijma’ ulama Islam tadi.

C. Pandangan jumhur ulama terhadap faham Mu’tazilah

Pandangan mayoritas ulama kepada Mu’tazilah tergantung kadar ke ekstriman kelompok Mu’tazilah itu sendiri namun secara umum memang mayoritas ulama tidak setuju dengan firqah ini. Ada beberapa pernyataan ulama yang bisa kita baca seperti; Suatu riwayat Muhammad bin Hasan mengatakan "siapa yang sholat di belakang Mu’tazilah maka hendaklah ia mengulangi sholatnya” dan ketika Abu Yusuf ditanya tentang pandangannya kepada mu’tazilah beliau menjawab "mereka adalah Zanadiqoh/kafir zindiq" dan di lain pernyataan kita baca ada ungkapan yang lebih keras dari ini seperti; ‘Ahlussunnah berkomentar tentang “Al-futiy “ dan pengikutnya bahwa darah dan harta mereka halal bagi kaum muslimin, siapa yang membunuh mereka tidak akan dikenakan diat dan kiparat bahkan membunuh mereka adalah salah satu jalan taqorrub kepada Allah SWT

Dari uraian dan kutipan diatas dapat kita pahami bahwa pemikiran Mu’tazilah ini tidak berterima di manyoritas ulama.

D. Kelompok-kelompok dan Ulama-ulama Mu’tazilah
Ada banyak tokoh dan ulama mu’tazilah yang bertebaran di Daulah Arabiyah khususnya, Mu’tazilah terbagi menjadi dua kelompok besar saat menjalani misinya dengan sponsor Daulah Abbasiyah, yaitu:

1. Cabang Bashrah, yang terwakili oleh tokoh-tokoh seperti Waashil bin Atha', Amr bin Ubaiid, Utsman Ath Thowil, Abu Al Hudzail Al 'Alaaf, Abu Bakr Al Ashom, Ma’mar bin Ubaad, An Nadzom, Asy Syahaam, Al Jaahidz, Abu Ali Aljubaa'i, Abu Hasyim Al Jubaa'i dan yang lain-lainnya.

2. Cabang Baghdad, yang terwakili oleh tokoh-tokoh seperti Bisyr bin Mu'tamir, Abu Musa Al Mardaar, Ahmad bin Abii Duaad, Tsumamah bin Al Asyras, Ja'far bin Harb, Ja'far bin Mubasyir, Al Iskaafy, Isa bin Al Haitsam Al Khayaath, Abul Qasim Al-Balkhy Al- Ka'by dan yang lain-lainnya.

Ada banyak kelompok-kelompok kecil dalam tubuh Mu’tazilah yag semua berdasar dari perbedaan pemikiran dalam setiap tokohnya. Yaitu:

1. Al -washiliyah.
Mereka adalah pengikut abu hudzaifah washil bin ‘atho’ al- ghazzalah. Dia adalah murid imam Hasan al-bashri dan keduanya hidup dizaman khalifah Abdullah bin marwan dan Hisyam bin Abdul Malik.

2. Al-Hudzailiyah
Mereka adalah kelompok yang di gagas oleh Abu Hadzil Hamdan bin Hadzil Al-‘Allaf, dia termasuk syekhnya mu’tazilah dan orang terkemuka di antara mereka, dia mendapat faham mu’tazilah dari Utsman bin Kholid At-towil dari Washil bin ‘Atha’. Persi lain mengatakan bahwa Abu hadzil belajar Mu'tadzilah itu dari Abu Hasyim Abdullah bin Muhammad bin Hanafiyah, dan persi lain mengatkan dia mengambil faham itu dari Hasan bin Abi hasan Al basyri.

3. An-Nazzomiyah
Mereka adalah aliran yang dipelopori oleh Ibrohim bin Sayyar bin Hani’ An-nazzom. Ia telah banyak membaca kitab-kitab Filosof sehingga kemudia bercampur dengan faham Mu’tazilahnya. Ia berbeda pendapat dengan Mu’tazilah lain pada beberapa masalah, antara lain ia mengatakan bahwa Allah SWT menciptakan makhluk ini serentak yaitu manusia, tumbuhan, hewan diciptakan serentak sebagaiman yang kita lihat sekarang. Pendapat ini di adopsi dari Filosof dan bertentanga dengan apa yang di sepakati ulama salaf dan khalaf.

4. Al-Khobitiyyah dan Al-Hadatsiyyah
Al-Khobitiyah adalah pengikut Ahmad bin Khobit, demikian juga Al-Hadatsiyah adalah pengikut Fadhl Al-Hadtsi. Sebetulnya kedua orang ini adalah Mu’tazilah Nazomiyah namun setelah membaca dan mempelajari banyak buku-buku Filsafat mereka juga punya pikiran yang melenceng dari Mu’tazilah itu sendiri seperti; mereka menyakini bahwa dalam diri Nabi ‘Isa as itu ada unsur ketuhanan seperti apa yang di percayai Nasrani bahwa nanti di akhirat ‘Isa akan ikut menghitung amal manusia.

5. Al-Bisyriyah
Mereka adalah pengikut Bisyri bin Mu’tamir, dia termasuk pembesar Mu’tazilah.

6. Al-Mu’ammariyah
Ini adalah pengikut Mu’ammar bin ‘Abbad As-Salmi, dia termasuk pembesar Qodariyah dan ia banyak menyimpang dari Ahlusunnah bahkan Mu’tazilah sendiri seperti pendapatnya yang menapikan Qadar baik dan buruk dari Allah SWT dan mengingkari bahwa Allah SWT itu Qadim, bahkan menyesatkan dan mengkafirkan orang yang berseberangan dengannya.

7. Al-Mardariyah
Tokoh utamanya adalah ‘Isa bin Sobih Al-Makni yang diberi gelar dengan “Mardar”, ia penah jadi murid Bisyri bin Mu’tamir dan ia di gelar juga dengan Rohibul Mu’tazilah=guru besarnya Mu'tazilah. ia berbeda dengan Mu’tazilah lain pada beberapa masalah seperti; dia berpendapat pada sipat Qudratnya Allah SWT itu termasuk bahwa Allah SWT sanggup berbohong dan berbuat zalim, dan kalau Allah SWT misalnya berdusta atau berlaku zalim maka jadialah Ia Tuhan yang zalim dan Tuhan pendusta. Kemudian sang Mardar inilah yang paling menonjol menggembar-gemborkan bahwa Al-qur’an itu adalah makhluk dan manusia mampu membuat bacaan yang sama dengan Al-quran baik dari segi balagah, fasohah dan I’jaznya.

8. Ats-Tsumamiyah
Ini adalah kelompok Tsumamah bin Asyros An-Namiry, ia termasuk Mu’tazilah yang ekstrim dan banyak berbeda dengan Mu’tazilah lain, seperti pendapatnya yang mengatakan bahwa orang fasiq itu kekal di neraka dan mengatakan bahwa orang kafir dari Yahudi, Nasrani, Majusi, Dahri, Musyrik dan Zanadiqoh nanti di akhirat akan jadi tanah, sama dengan binatang dan anak-anak orang beriman. Suatu riwayat menyebutkan ketika Tsumamah melihat kaum muslimin berlari kemesjid untuk sholat jum’at karna takut terlambat maka dia berkata” lihatlah para kerbau itu, lihatlah himar-himar itu”.

9. Al-Hisyamiyah
Mereka adalah pengikut Hisyam bin Amru Al-futi, ia adalah orang yang sangat ekstrim pada masalah Qudratnya Allah SWT. Ia mengingkari banyak perbuatan Allah yang sudah nyata sekalipun dalam Al-quran seperti; ia mengingkari bahwa Allah SWT yang menyatukan hati orang-orang beriman bahkan mengatakan bahwa yang menyatukan hati orang-orang beriman itu adalah mereka sendiri dengan ikhtiyar mereka. pedahal sudah jelas di ungkapkan dalam Al-Quran:

ما ألفت بين قلوبهم ولكن الله الف بينهم

Ahlussunnah berkomentar tentang “al-futi “ dan pengikutnya bahwa darah dan harta mereka halal bagi kaum muslimin, siapa yang membunuh mereka tidak akan dikenakan diat dan kiparat bahkan membunuh mereka adalah salah satu jalan taqorrub kepada Allah SWT.

10. A-Jahiziyyah
Tokohnya adalah Amru bin Bahr abu Utsman Al-Jahiz, ia merupakan orang yang dimuliakan di Mu’tazilah dan termasuk penyusun kitab-kitab mereka. salah satu pendapatnya yang menyimpang dari Mu’tazilah lain adalah ia berpendapat bahwa orang yang masuk neraka itu tidak selamanya akan mendapat siksa tapi mereka akan menjelma jadi unsur dari api itu sendiri.

11. Al-Khoyyatiyah dan Ka’biyah
Mereka adalah kelompok Abu Husein bin Abu Amru al-Khoyyat dan Ustadz Abu Qasim bin Muhammad Al-Ka’bi. Mereka berdua ini adalah Mu’tazilah dari Bagdad, mereka bisa dibilang satu aliran.

12. Al-Juba'iyyah dan dan Bahsyamiyah
Mereka adalah pengikut Abu Ali Muhammad bin Abdul Wahab Al-Jubbai dan anaknya Abu Hasyim Abdussalam. Mereka berdua ini adalah orang Mu’tazilah dari Bashrah dan beberapa masalah berbeda dengan Mu'tazilah lainnya seperti; keduanya mengingkari bahwa Allah SWT akan dilihat di akhirat, mengatakan bahwa kalam Allah SWT adalah berhuruf, tersusun dan bersuara.

Penutup
Setelah kita membaca dan menelaah tulisan sederhana di atas secara otomatis dapatlah kita menyimpulakan bahwa sebenarnya faham Mu’tazilah itu adalah salah satu Firqah dalam islam yang mengedepankan pemikiran dan mengenyampingkan Al-Quran, Hadits, Ijma’ apabila berbenturan dengan akal pikiran, secara pemikiran mereka banyak terpengaruh dengan metode berpikir para filosofis yunani yang jauh dari disiplin ketuhanan. mereka berseberangan dengan Ahlissunnah wal jama’ah dalam banyak masalah sehingga bayak ulama yang mengecam mereka. Mu’tazilah berdiri sekitar abad pertama Hijriyah dengan di pelopori Washil bin ‘Atho’ dan jama’ahnya. Mereka pernah jaya dimasa dinasti Abbasiyah di pinpin oleh Khalifah Al-ma’mun, dan Faham mu’tazilah ini sempat menjadi idiologi Khilafah Islamiyah walau sebenarnya tidak menerima di hati masyarakat muslimin. Tetapi setelah masa keemasan itu mereka tidak pernah lagi bangkit seperti dulu sampai sekarang. Namun walaupun demikian kita jangan lupa bahwa, fikrah dan metode berpikir mereka dalam menyerap ajaran Islam masih hidup di era globalisasi ini, namun barangkali berbeda nama dan rupa tapi sama ma’na dan tujuan.

- Oleh: Ismail Nasution, Mahasiswa fakultas Ushuluddin jurusan Hadits Universitas Al-Azhar Kairo
- Referensi:
1. Khalid Syamhudi, Mu’tazilah, www.islam.download.com
2. Ibrahim bin Ibrohim bin Hasan Al-Laqqani, Arjuzah Jauharah At-Tauhid, Lajnah Aqidah wal Filsafat Universitas Al-Azhar 2007-2008.
3. Imam Syaharastani, Milal wa Nihal, Maktabah al-Iman, Cairo, 2005.
4. Lajnah Qismi al-Hadits wa Ulumihi, Universitas Al-Azhar, Tarikh sunnah, Cairo, 2006-2007.

Posted by EmThree on 01.42. Filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. Feel free to leave a response

0 komentar for "Sejarah Mu'tazilah"

Leave a reply

Blog Archive

Labels

Recently Commented

Recently Added